“Warung” merupakan sebutan yang sangat familiar bagi masyarakat Indonesia. Karena istilah warung ini termasuk bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan fungsinya menjadikannya bagian terpenting dalam keseharian masyarakat Indonesia. istilah warung tidak hanya digunakan di Indonesia, namun juga jadi padanan kosa kata yang sama digunakan dinegara jiran tetangga Malaysia. Dalam Bahasa Indonesia sendiri, istilah warung dapat dimaknai sebagai usaha kecil yang dijalankan oleh seseorang yang dibantu keluarganya, maupun dikelola oleh sebuah keluarga dibantu oleh orang lain. Biasanya warung di Indonesia dikenal seperti kedai, kios, atau toko kecil yang dibangun ditempat tertentu seperti pekarangan rumah, maupun dipinggiran jalan.
Selain banyak terdiri dari berbagai jenis, warung adalah tempat yang sangat mudah dijumpai diberbagai daerah, pun demikian juga di Kalimantan Selatan. Hanya saja penggunaan istilah warung didalam Bahasa Banjar dapat mengeruncut kedalam dua pemahaman, pertama dapat berarti warung nasi, yaitu tempat yang biasa menjual nasi dan lauk pauk, semacam rumah makan. Kedua dapat berarti warung minum, yaitu tempat minum, yang menyediakan berbagai minuman dan kue seperti (teh, kopi, sirup (setrup) dan berbagai kue khas Banjar).
Berbeda dengan pemahaman dalam daerah lain, warung dapat bermakna luas, bisa bermakna warung sembako, warung kopi, warung rokok, warung tegal, bahkan warung internet. Ketergantungan dengan keberadaan warung sendiri bagi orang Banjar adalah sebuah tempat yang sangat penting, hal tersebut dapat dibuktikan dari setiap waktunya warga beraktivitas di warung, bahkan sudah turun temurun dari generasi ke generasi. Dapat dilihat dari berbagai aktivitas orang Banjar yang dilakukan dari bangun tidur kemudian selesai sholat subuh pasti yang dicari adalah warung untuk tempat makan maupun sekedar tempat minum dan bersantai, tengah hari, sore hingga malam sebelum tidur, selalu keterikatan aktivitas antara masyarakat dan warung.
Warung bagi orang Banjar merupakan salah satu tempat bersosialisasi, bertegur sapa, bahkan bisa menjadi tempat bersilaturrahmi sesama warga sekitar, maupun warga desa tetangga. Menjalin keakraban dalam dialog (bepanderan) ringan, sesekali mungkin dibubuhi dengan candaria, atau sebagai tempat bertukar informasi yang ada disekitar kampung tersebut. Dan ada kebiasaan warung unik di Kandangan Hulu Sungai Selatan, yaitu mawarung pencok masyarakat menyebutnya. Warung ini pada lazimnya ada pada setiap harinya, namun untuk warung pencok hanya ada malam hari kecuali malam jum’at, hanya saja khusus di bulan suci Ramadhan, banyak warung menyediakan menu unik ini yaitu rujak (pencok). meskipun dimalam-malam selain bulan suci Ramadhan juga ada, tetapi hanya sebagian warung yang menyediakan pencok.
Di Kandangan, warung pencok ini dengan mudah dijumpai berjejer dibeberapa desa, dipinggir-pinggir jalan, hingga pelosok-pelosok desa. Ada berbagai buah yang sengaja disusun dengan rapinya dalam sebuah tempat dari ceper besar, kemudian diletakkan diatas meja, lengkap ada pisang gepok muda, nenas, kedondong, mangga muda, jeruk bali, atau jeruk manis, semangka, timun, jambu biji, maupun jambu air, juga bengkuang, buah yang memiliki rasa khas yaitu empuk dan gurih.
Tidak lupa disajikan dengan pelengkap rujak yaitu kuah sambel yang dibikin dari gula merah, kacang tanah goreng dan rempah lain sebagai penggugah selera. Selain rujak, ada juga berbagai jenis kerupuk yang sudah digoreng dan diletakkan ditoples-toples besar sebagai kawan pelengkap sajian rujak.
Sajian yang disebutkan diatas menjadikan setiap orang yang lewat maupun yang memang berniat ke warung menjadikannya menu sajian yang dinantikan penyajiannya. Khusus untuk pengunjung warung pencok sendiri adalah kebanyakan dari kalangan laki-laki. Biasanya adalah mereka para pemuda atau dewasa yang ketika dari pagi sampai sore harinya disibukkan dengan pekerjaan bertani, berkebun, atau mengambil upah diladang orang lain. Aktivitas yang begitu melelahkan tersebut tentunya menyita waktu untuk bersantai atau sekedar hiburan. Maka pada malam harilah mereka berjalan-jalan sambil melepas penat dengan duduk mawarung santai.
Warung pencok dimasyarakat Kandangan sendiri menjadi hal yang begitu istimewa bagi penghobinya, ini dikarenakan kebiasaan unik dari warung pencok tersebut, dimana untuk penunggu atau penjaga warung biasanya rata-rata adalah perempuan-perempuan muda satu atau dua orang, yang berpakaian rapi, berias dengan cantik, yang siap melayani pembeli pencok dengan ramah, sesekali menebar senyuman kepelanggan, bahkan tak sungkan untuk sekedar melayani berbincang ringan disertai guyonan.
Hal ini justru menjadi nilai kepuasan tersendiri bagi para pengunjung warung pencok, hingga mereka dengan rela dan senang hati membayar lebih dari harga yang normalnya. Uniknya malah ada yang bertemu dengan jodohnya antara penjaga warung dengan pemuda yang sering berkunjung ke warung, hal tersebut mungkin karena mereka mendapatkan seni hiburan serta kebahagian tersendiri baik dari pelayanan, menu pencok maupun karena mau ditemani pelayan warung dengan perbincangan ringan.
Sebagaimana kata bijak bahwasanya “Setiap kelompok orang memiliki penggemar dikalangannya tersendiri” sama halnya dengan pengunjung warung pencok malam, maupun tempat-tempat lainnya seperti kafe, restaurant, mall, maupun mini market juga memiliki penggemar dari kalangannya tersendiri. Mereka memiliki alasan dalam kepuasan, karena kepuasan pelanggan tergantung dari sisi kenyamanan dan dari sudut pandang masing-masing individu.