Ada banyak cara untuk menyampaikan nasehat, mengutarakan makna dan memberikan kesan kepada seseorang, salah satunya adalah melalui perkataan. Perkataan merupakan bentuk pesan yang paling mudah untuk dipahami, mudah untuk diresapi bahkan dapat lebih lama diingat. Maka tidak mengherankan, hanya dengan satu perkataan mampu membuai pendengarnya dalam tautan perasaan yang dalam. Perkataan dapat digolongkan menjadi beberapa kategori, bisa berupa perkataan yang baik, perkataan yang buruk, motivasi, maupun yang bersifat mendidik.
Dalam tatanan kehidupan sehari-hari kita sering berinteraksi dengan sesama, baik dalam konteks santai, dikeluarga, maupun dilingkungan pekerjaan. Semua dilakukan dalam bentuk perkataan. Semua kegiatan tersebut terus dan sampai hari ini dijadikan sarana dalam penyampaian pesan. Apakah kalian ingat, dahulu beberapa perkataan dalam Bahasa Banjar menjadi bentuk pesan yang disampaikan orang tua terhadap anaknya. Hal itu dilakukan dengan harapan agar, anak mereka memiliki jiwa yang bijaksana, menjadi orang yang berbudi pekerti yang baik ketika bergaul di masyarakat.Berikut beberapa perkataan yang sering diucapkan orang tua dahulu kepada anaknya, agar generasi yang akan datang dapat merenungi dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Banganga dahulu hanyar baucap “Buka mulut dahulu baru berbicara”
Pesan ini mengandung makna yang dalam, meskipun dari karakter bahasanya terlihat sedikit agak kasar dalam Bahasa Banjar, akan tetapi ada pesan yang terkandung didalam kalimatnya, orang tua dahulu ingin memberikan pemahaman melalui sebuah perkataan tersebut, agar sang anak sebelum memulai kata, kemudian akan mengeluarkan satu perkataan dari mulutnya, maka yang pertama harus dilakukan adalah menimbang dan memfilter setiap kata yang akan di ucapkan, sehingga apa yang akan keluar dari mulutnya adalah kata-kata yang bagus, indah, serta tidak menyakiti perasaan orang lain. hal ini terus disampaikan orang tua dahulu kepada anaknya sebagai tanda kasih saying kepada anaknya tersebut. Jadi perilaku membuka mulut dahulu baru berbicara bukan dimaknai realita, namun kalimat tersebut adalah bahasa majas yang digunakan agar menjadi sebuah pelajaran.

Basungkuk bila lalu dihadapan urang tuha “membungkukkan badan apabila lewat didepan orang tua”
Adalah petuah dari orang tua dahulu kepada anaknya, agar dimanapun, dan kapanpun ketika kita melewati orang yang lebih tua, maka hendaknya untuk membungkukkan badan, hal ini tentu adalah bentuk anjuran, agar anak selalu memiliki tata krama yang baik, dan sebagai bentuk manifestasi dari nilai penghargaan terhadap orang yang lebih tua. Nilai-nilai ini diajarkan agar memiliki perilaku yang rendah hati, memiliki sopan santun, karena dalam tata pergaulan mengajarkan bahwa orang yang lebih tua adalah sosok yang harus dihormati.Sebagaimana pelajaran adab yang diajarkan para ulama bahwa “Orang tua dihormati dan anak-anak disayangi”, sebaliknya juga berlaku bagi orang tua.

Bapandir jangan baaku baikam, tapi ba ulun ba pian lawan nang tuha “Kalau bicara dengan orang tua dengan panggilan sopan”.
Pesan lainnya juga yang sering diucapkan orang tua adalah agar senantiasa menggunakan panggilan yang sopan, baik dengan orang tua maupun yang muda, hal ini berlaku bagi orang Banjar (Bahasa Banjar memiliki beberapa dialek yaitu Bahasa Banjar Pahuluan dan Banjar Kuala) “Terkecuali orang yang kesehariannya dengan Bahasa Indonesia, karena terdapat persamaan arti dan makna dalam panggilan ulun dan pian dengan aku dan kamu”.

 


Jangan mangucau badahulu pabasuhan lamun saruan dirumah orang “Jangan mencelup tangan yang kotor mendahului orang lain kekobokan kalau menghadiri undangan di rumah orang lain”
Di masyarakat Banjar sering mengadakan acara-acara berupa selamatan, haulan, tahlilan, pengantinan dan sebagainya. Maka menjadi kebiasaan disiapkan hidangan untuk tamu yang datang, setiap adanya hidangan juga disediakan tempat untuk mencuci tangan berupa kobokan. Di masyarakat Hulu Sungai ada beberapa jenis kobokan (tempat mencuci tangan sebelum dan sesudah selesai menyanyap hidangan) yang pertama jenis mangkok yang diisi air, dan sekarang ada jenis cucut atau teko tuang dari bahan plastik.

Topik yang kita bahas adalah yang jenis mangkok berisi air, karena ini adalah jenis tempat cuci tangan yang mudah untuk kotor atau hanya untuk sekali pakai, berbeda dengan yang jenis teko tuang. Dahulu orang tua selalu berpesan ketika menggunakan kobokan agar memperhatikan dahulu apakah orang lain masih ada yang belum menggunakan tempat cuci tangan tersebut .Jika kita adalah orang yang pertama menggunakannya, maka kita harus tahu adab agar orang lain jangan hanya tersisa air kotor bekas kita saja. Caranya adalah dengan menuang sedikit demi sedikit air kobokan itu, sampai dirasa tangan kita bersih, dan sisikan juga untuk orang lain, hal itu menjaga agar tempat kobokan tersebut masih bersih dan dapat digunakan orang lain selain kita.Namun kenyataannya, hal ini terkadang hanya dilakukan orang-orang yang paham dan memiliki adab yang tinggi, banyak saja didapati orang yang dianggap tua pun tidak melaksanakannya.

Bila bakantut bajauh, jangan di hadapan orang lain “ kalau buang angin menjauh dari orang lain”
Bagi segelintir orang, buang angin adalah hal yang biasa, sehingga dianggap sepele. padahal buang angin atau kentut adalah proses pembuangan gas dalam perut yang tidak biasa, untuk pelaku mungkin biasa, namun bagi orang yang berada di dekat pelaku buang angin, itu adalah hal yang tidak biasa, karena bisa menyebabkan orang lain merasa risih atau jijik.
Maka orang tua sering berpesan kalau mau buang angin, menjauhlah dari keramaian agar baunya tidak mengganggu kenyamanan orang lain. Meskipun tidak menyebabkan bau, tetaplah kita harus menjaga perilaku. Hal tersebut tidak lain adalah untuk mengajarkan adab terhadap dengan orang lain.


Makan nasi jangan bahamburan ka lantai kaina ditinggalakan nasi ka gunung “ Nasi jangan sampai berhamburan di lantai ketika makan, nanti ditinggalkan nasi pergi ke gunung”
Petuah yang satu ini sangat penting,sebab disinilah kita belajar menghargai, merasa bersyukur dan bersikap disiplin, orang tua sering mengajarkan agar tidak asal-asalan dalam makan. Mengapa orang tua selalu berkata makan nasi jangan sampai berhamburan, maksudnya agar kita disuruh disiplin dan menghargai setiap proses pembuatan nasi tersebut, kemudian mengapa dikatakan akan ditinggalkan nasi ke gunung, maksudnya bukan nasi bisa lari akan tetapi bahwa satu butir beras itu memerlukan waktu dan proses yang lama 3 bulan sampai 6 bulan baru panen, maka itu kita harus bersyukur karena kita tidak mengetahui keberkahan dari sebutir nasi yang jatuh dan dibiarkan begitu saja.

Categorized in:

Tagged in:

, ,