Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia pasti berkomunikasi dalam aktivitas baik dirumah, ditempat kerja, maupun dalam konteks bermasyarakat. Hal ini menandakan bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Sebagaimana dijelaskan Nurhuda, S. P., & Karimah, A. (2023). Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Sosial Dalam Pandangan Islam. Manusia merupakan makhluk yang mempunyai berbagai macam kemampuan, terutama kemampuan dalam berkomunikasi dengan manusia lainnya. Dengan kemampuannya itu manusia sebut sebagai makhluk sosial.
Komunikasi merupakan cara untuk menyampaikan pesan atau informasi antara dua orang atau dari seseorang kepada orang lain, menurut Vera, N., & Wihardi, D. (2023). Komunikasi memiliki beragam jenis tidak terbatas pada tema tertentu semua mengalir dengan sendirinya, dari masalah kehidupan sehari-hari, masalah dalam rumah tangga, masalah ekonomi, politik, sosial-budaya, kesenian, dan lain-lain.
Namun dari beberapa tema komunikasi, ada hal yang sangat sensitif dan tidak pantas untuk ditanyakan sekalipun seseorang tersebut kalian anggap orang dekat dan akrab, sebab hal itu bisa menyinggung perasaan lawan bicaranya. Berikut beberapa pertanyaan yang jangan sesekali kamu ucapkan.

1.Kapan kamu menikah
Sudah menjadi fitrah manusia bahwa menikah adalah impian setiap orang. Apalagi menikah merupakan ikatan suci antara laki-laki dan perempuan yang berkomitmen untuk saling berbagi cinta, tanggung jawab serta kebahagiaan dalam suka maupun duka sepanjang hidup. Sebagaimana Al Qur’an menyebutkan dalam surah Ar rum ayat 21 bahwa tujuan dari pernikahan agar kamu merasa tentram dan dijadikan rasa kasih dan sayang.
Namun apakah kalian sadar terkadang muncul perkataan “Julid” yang dapat menyinggung perasaan seseorang dengan pertanyaan mengapa belum menikah ? padahal usia sudah “kepala tiga”atau mengapa belum menikah padahal sudah mapan. Hal tersebut adalah bentuk ketidaksadaran diri bagi orang yang mengucapkan, seolah pertanyaannya mewakili perasaan semua orang, padahal semua salah.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang belum menikah, mungkin diantaranya adalah belum menemukan pasangan yang sesuai, atau beban ekonomi yang belum stabil, atau mungkin kegagalan dalam menemukan komitmen berujung trauma.
Yang jelas setiap orang memiliki hak serta alasan masing-masing yang tidak boleh kita ikut campuri. Karena kita harus menyadari bahwa jodoh itu juga ketentuan yang maha kuasa.

2.Mengapa kamu belum punya anak
Pertanyaan kedua yang sering orang “kepoin” kepada orang lain adalah mengapa kamu belum memiliki anak, padahal apakah kamu tahu, bagi semua orang yang sudah menikah, hal yang paling diimpikan bagi orang yang sudah menikah adalah memiliki anak, karena anak merupakan penerus keturunan. Namun ada sebagian orang yang sudah berusaha akan tetapi masih belum mendapatkan keturunan.
Mungkin ada beberapa faktor yang tidak kita ketahui dari kehidupan orang lain, yang pasti pertanyaan tersebut juga mengandung kalimat yang judes bagi orang yang sudah lama menikah namun belum mendapatkan anak atau keturunan.
Sekali lagi kita ingat, bukankah memiliki anak merupakan sebuah Amanah sebagai mana dikemukakan oleh Idris, I. (2019). Anak Sebagai Amanah Dari Allah. dari yang maha kuasa. Kita hanya berusaha namun Allah yang menentukan. Berapa banyak orang yang mampu secara materi namun belum diberi amanah oleh yang maha kuasa, sebaliknya orang yang materinya pas-pas an memiliki kemudahan dalam memperoleh keturunan.
Jadi kesimpulannya anak adalah merupakan rezeki bagi orang yang hidupnya pas-pas an, kemudian sebaliknya bagi orang yang materinya melimpah itulah juga rezeki yang tidak dimiliki orang yang pas-pas an. Semua sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur oleh pemberi rezeki.

3.Apa pekerjaan kamu dan berapa penghasilan kamu
Yang terakhir adalah pertanyaan yang biasanya diutarakan orang-orang ketika menemukan pasangan yang akan menikah, atau ada seorang laki-laki yang akan melamar seorang perempuan. Pertanyaannya adalah “apa pekerjaan calon suaminya ?” Namun apakah kamu sadar bahwa pertanyaan ini kurang tepat, sebab sebuah pekerjaan adalah hal sensitif dan bisa menyebabkan ketersinggungan yang mendalam.
Seolah pekerjaan adalah ukuran kebahagian bagi setiap pasangan yang akan menikah, atau mungkin pekerjaan adalah tolak ukur lamanya bertahan sebuah biduk rumah tangga. Padahal pekerjaan hanyalah sebuah usaha dan ikhtiar seseorang dalam mencari rezeki, ada pepatah “tidak perlu kerjaan tetap yang penting tetap bekerja” artinya selama suami-isteri komitmen untuk tetap bekerja maka akan tercipta saling melengkapi.

Categorized in: