Oleh : Maulana Ahadi
Mengenang masa-masa kecil adalah salah satu bentuk hiburan tersendiri, apalagi kalau teringat betapa bahagianya berkumpul dengan teman-teman sebaya waktu itu. Banyak hal yang telah dilalui dan dilakukan, hampir semua orang dewasa pasti beranggapan bahwa masa kecil adalah masa-masa paling terindah dalam perjalanan hidup, sebab semua dilakukan dengan rasa bahagia, dan tidak mengenal problematika dalam kehidupan.
Anak-anak yang tumbuh era tahun 90-an belum terlalu mengenal dengan teknologi, hanya ada beberapa teknologi yang familiar yaitu radio dan televisi, bahkan ketika itu hanya segelintir atau hanya beberapa orang yang memiliki televisi. Memiliki televisi dengan layar hitam putih adalah termasuk sesuatu yang luar biasa saat itu. Siaran televisi waktu itu pun masih terbatas dengan siaran dari chanel pemerintah, hanya ada satu atau dua pioner siaran televisi swasta yang mengudara waktu itu.
Jika ingin menyaksikan siaran televisi waktu itu, maka kita harus mendatangi orang yang dengan suka rela menyalakan siaran televisinya untuk ditonton orang banyak. Akan tetapi dengan kondisi yang terbatas tersebut, anak-anak jaman itu tidak terfokus hanya dengan menonton televisi, bahkan mereka waktu itu tidak kehilangan kreativitasnya dalam menciptakan hiburan tersendiri, mereka sering memainkan permainan-permainan tradisional untuk wahana hiburan pada masanya. Sungguh mereka pada waktu itu belum ketergantungan dengan teknologi.
Apapun sesuatu yang terdapat di alam bahkan bisa dijadikan permaian, salah satu permainan tradisional yang perlu di kenang adalah “bapidak”. Masih ingatkah kalian yang tumbuh dimasa ini, hampir setiap hari permainan ini dimainkan di pelosok-pelosok kampung, bahkan ketika sepulang sekolah dengan berbekal kantongan plastic seadanya anak-anak masa itu berlomba untuk berpetualang ke hutan-hutan, yang tak lain adalah untuk mencari bahan untuk permainan bapidak.
Bapidak adalah permainan yang bisa dimainkan oleh banyak orang bahkan tidak terbatas, dahulu bapidak tidak hanya dilakukan oleh anak-anak SD, akan tetapi dilakukan lintas umur hingga anak SMP atau remaja, mereka dengan senangnya memainkan permainan ini.
Adalah buah getah yang menjadi alat utama untuk permaian bapidak ini, namun tidak semua buah getah dapat digunakan untuk alat bapidak, setidaknya ada beberapa kriteria dalam pemilihan buah getah. menurut pengalaman penulis ketika itu, hanya buah yang dengan kondisi kematangan yang pas dan memiliki tekstur kekerasan yang sempurna yang bisa dipilih menjadi biji pidak.
Oleh karena itu, diperlukan ketelitian dan kegigihan dalam bergerilya masuk ke dalam-dalam hutan yang terdapat pohon getah yang memiliki kualitas buah bagus. Diperlukan usaha dalam mendapatkan buah getah tersebut, bahkan resiko terjatuh dari pohon sangat mungkin terjadi hanya untuk mendapatkan buah getah ini, sebab kebiasaan buah-buah getah yang kuat memiliki batang yang tinggi, dan terletak di cabang pohon yang kecil, sehingga menyulitkan untuk memetiknya.
Dan lagi pohon getah yang menghasilkan buah yang kuat kebiasaan hanya ada satu dari beberapa pohon yang ada disekitarnya, itulah yang kebiaasaan menjadi rebutan antar anak-anak masa itu. Setelah berhasil memetiknya susah payah dengan cara menaiki pohonnya, tahap selanjutnya adalah membuka cangkangnya kulit luar buahnya, ada yang menarik dari cangkang kulit buah luar dari biji getah ini, yaitu ada yang hanya segi dua, tiga dan bahkan empat.
Dalam membuka cangkang laur buah getah ini juga memerlukan usaha yang extra, sebab cangkang luarnya luamayan keras, biasanya anak-anak menggunakan batu untuk memecahkanya, baru bisa mengambil biji dalamnya.
Namun perbedaan sisi cangkang luar buah getah tersebut tidak menjadi jaminan buah dalamnya kuat. Diperlukan tes awal dengan sesama buah lain ditempat kita mencari buah tersebut sebelum dijadikan andalan untuk di adu dalam permainan bapidak dengan milik orang lain.
Biasanya buah yang kuat memiliki bentuk yang biji yang sedikit agak kasar, tidak begitu licin, bijinya agak kecil namun tidak juga begitu besar ukurannya, jadi yang besarnya sedang saja, berwarna agak kemerah-merahan, tidak seperti biji getah kebanyakan yang memiliki warna dominan coklat dan ada beberapa bitnik-bintik khas hitam di samping sampai bagian bawah bijinya.
Setelah mendapatkan biji getah kuat yang diinginkan dan sudah melalui tahap uji coba dibawah pohon getah yang cari tersebut, maka biji getah andalan itu siap untuk di adu dengan milik orang lain, tentunya orang lain pun juga mempunyai biji getah andalannya yang juga sudah dipilih dari pencarian yang memerlukan usaha keras.
Cara permainannya sebenanya sangat sederhana, yaitu anak-anak yang akan memainkan bapidak berkumpul dengan membawa biji getah andalannya, kemudian dua orang anak mengekuarkan biji getah tersebut, kemudian dua buah biji getah tersebut diletakkan bertumpang tindih di tanah, dengan sekuat tenaga satu orang yang memegang memukul dengan telapak tangan dengan sekuat tenaga, maka setelah selesai akan terlihat, biji getah milik siapa yang pecah, maka dia kalah, dan yang tidak pecah, maka dialah pemenangnya.
Permainan itu terus dilakukan selama ada penantangnya dari anak lain yang juga memiliki biji getah kuat. Adapun kepuasan dari permainan itu adalah rasa kebanggaan bagi pemilik biji, karena mereka memiliki biji pidak andalan yang kuat. Begitulah seterusnya permainan tersebut dilakukan anak-anak era-90 an.
Tetapi kini, buah biji getah hanya dianggap biasa bagi anak-anak jaman sekarang, namun permainan tersebut harus terus diingat sebagai wahana hiburan masa itu, meskipun kondisi jaman yang telah berubah.