Diberbagai belahan dunia terdapat berbagai keindahan dan keunikan alam yang memukau dan mempesona, semua itu menciptakan kekaguman yang begitu mendalam bagi penikmatnya. Hamparan pegunungan meratus, hutan-hutan rimbun, beraneka ragam tumbuhan yang menyediakan tempat kehidupan bagi flora dan fauna.
Keindahan alam tidak terbatas hanya tentang estetika visual, namun juga yang berkaitan dengan indra lain. Suara nyanyian burung, suara aliran sungai kecil, angin yang berhembus sepoi-sepoi turut menggugah suasana dalam memberikan pengalaman manusia dalam keajaiban alam. Ada berbagai tempat di desa Padang Batung yang pernah dibahas, dari mitologi, gaib, sejarah, hingga perjalanan perjuangan masyarakat jaman dahulu, namun dari berbagai artikel yang sudah pernah dibahas tersebut, desa padang batung masih menyimpan berbagai tempat unik dan menarik untuk kita paparkan secara fakta maupun mitosnya. Kali ini kita akan membahas satu tempat yang terdapat di wilayah desa tersebut, dengan tujuan agar dapat diketahui dan dilestarikan oleh generasi mendatang. Sebab melindungi dan melestarikan alam adalah langkah kecil untuk dapat memastikan bahwa keunikan alam ini tetap lestari.
Adalah “Kinaluyan” penamaan yang begitu membumi bagi masyarakat sekitar, berada di area persawahan yang dikelilingi hamparan pegunungan meratus, dan juga menjadi jalur aliran irigasi yang membentang dari desa batu laki, desa jelatang, desa durian rabung, menuju sampai ke desa padang batung dan berakhir di desa madang. Tempat ini dikenal sebagai salah satu rawa terbesar ditempat tersebut. Tempat yang sejak dahulu hingga sekarang sangat lekat akan cerita mitologi, fakta unik serta kejadian lucu yang pernah terjadi, apa saja hal-hal tersebut mari kita kupas satu persatu.
Apabila ada pemancing baru (pendantang) di tempat tersebut, pulangnya akan tesesat
Banyak cerita dari masyarakat sekitar bahwa dahulunya sering terjadi apabila ada orang yang memancing, namun pemancing itu bukan berasal dari desa tersebut (orang luar desa),maka ketika akan pulang, pemancing tersebut kesulitan mencari jalan keluar. Hal tersebut dikisahkan tidak hanya terjadi sekali bahkan sering serjadi, maka dahulu penulis pernah akan memasuki wilayah kinaluyan ini, tapi oleh masyarakat disana atau tetuha berkata,
“tidak usah kamu memancing kesana, nanti tersesat”
Fakta dilapangan tempat tersebut adalah sejenis rawa luas membentuk lingkaran yang seluruh areanya ditumbuhi rumput, berada di pertengahan sawah yang dikelilingi Perkebunan karet warga, kemudian karena wilayahnya lebab dan berair maka banyak pohon rumbia besar yang tumbuh juga dibeberapa titik di area tersebut. Sehingga ketika pemancing memasuki wilayah tersebut dengan susah payah, maka sebaliknya untuk keluarpun juga diperlukan usaha, apalagi untuk pemanacing luar tidak mengenal dan hapal tentang kondisi lapangan. menyebabkan rawan terjadinya kebingungan dan dapat tercebur ke tempat yang berair agak dalam. Hal ini diperparah dengan kebiasaan pemancing datang pada malam hari yang tentunya gelap gulita.
Apabila ada pemancing baru (pendantang), tidak mendapat hasil atau hanya mendapatkan ikan sedikit
Kejadian lainnya menurut masyarakat adalah banyak dari pemancing baru yang tidak diberi oleh penunggu rawa tersebut. Bahkan hanya orang-orang tertentu yang pernah diberi atau mendapatkan ikan hasil memancing. Faktanya tempat tersebut adalah rawa yang paling unik, karena menurut sepengetahuan penulis, di wilayah kecamatan padang batung dan sekitarnya, hanya rawa ini yang memiliki beragam jenis ikan tawar, mulai dari lele lembat, gabus, baung, betok (papuyu), belut dan sepat siam yang hanya ada di danau.
Sedangkan selama penulis tinggal di wilayah tersebut tidak ada tempat lain yang memiliki potensi ikan tawar jenis lele lembat yang ada hanyalah gabus dan betok, dan beberapa ikan nila, ikan mas dan lampam (ikan air Sungai Amandit) yang berasal dari aliran irigasi yang berasal dari sungai amandit tersebut. Hal tersebut dibuktikan dari beberapa warga setempat yang sering memasang alat tangkap ikan tradisional (lukah) di Kinaluyan tersebut mendapatkan banyak ikan lele lembat.
Siapapun yang memasuki kinaluyan akan bertemu ular gaib
Cerita lainnya adalah seringnya para pemancing yang memasuki rawa kinaluyan, pasti bertemu dengan sosok ular misterius. Bahkan diceritakan para pemancing bahwa mereka bertemau dengan berbagai jenis ular besar. Faktanya adalah kondisi wilayah rawa yang berair dalam, ditambah kondisi wilayah yang ditumbuhi rumput yang tinggi, serta dikelilingi perkebunan karet, sangat berpotensi sebagai area tempat teritorial berkembang biaknya berbagai jenis ular jenis sanca, pithon maupun ular kobra.
Namun ada satu cerita lucu yang pernah dicerikatakan warga, alkisah dahulu ada seorang warga asli setempat sebut saja pakacil. yang telah melakukan nikah siri tanpa sepengetahuan keluarganya, padahal dia telah memiliki isteri, oleh karena pakacil ini ketahuan mendua atau berpoligami, kebetulan ketahuan isteri pertamanya, maka ketika pulang kerumah dimarahi isteri dan keluarganya sejadi-jadinya. Dalam keadaan kalut dan kecewa karena disalahkan, maka pakacil pergi lari dari rumah bersembunyi memasuki kinaluyan hingga larut malam, ditengah rawa yang gelap gulita tersebut pakacil terus bergumam
“ makanha aku hantu ai ranai”
Makan saja aku setan, gumamnya lelaki itu dengan nada pasrahnya, sayangnya sampai saat ini tidak ada bukti orang yang dimakan setan, demikian menurut kisah bahasa Banjar menandakan bahwa Kinaluyan terkenal sebagai tempat yang angker namun memiliki potensi alam.