Desa Padang Batung adalah salah satu dari 17 desa yang berada di wilayah Kecamatan Padang Batung Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Desa Padang Batung memiliki luas wilayah ± 6000 m², terdiri dari dataran tinggi dan persawahan. Ada beragam mata pencaharian yang dilakukan masyarakat di desa ini diantaranya adalah bertani, berkebun, menyadap karet “manuris”, berdagang, menyadap pohon aren dan ada beberapa yang berprofesi sebagai ASN.
Dilihat dari monografi desa Padang Batung, tidak mengherankan jika di wilayah ini masih banyak terdapat pohon-pohon rindang yang tumbuh subur, baik yang ditanam secara sengaja maupun yang tumbuh liar. jika kita berkunjung ke wilayah ini akan mendapati tanaman-tanaman pohon karet yang terbentang rapi sepanjang jalan pedesaan, hampir ⅔ dari wilayah ini ditanami masyarakat desa dengan pohon karet, sebab pohon karet adalah salah satu komoditi mata pencaharian. Selain pohon karet ada juga pohon aren ”hanaw” (membuat gula merah) sebagai mata pencaharian tambahan masyarakat di desa Padang Batung, ada juga beberapa pohon-pohon besar yang bisa dijadikan bahan material kayu papan untuk pembuatan rumah.
Pohon selain berfungsi sebagai penyerap alami air, juga berfungsi sebagai penahan abrasi tanah, secara geografis, Padang Batung termasuk desa yang memiliki hawa sejuk alami yang dihasilkan oleh masih banyaknya tumbuhan dan pepohonan, yang menghasilkan O² dan dapat menyerap cO², berbeda dengan desa-desa lain yang letak wilayahnya berada diwilayah rawa, yang minim pepohonan, maka kondisi suhu udaranya juga akan lebih panas dibanding dengan desa Padang Batung ini.
Ada yang menarik perhatian dan membuat penasaran penulis, yaitu cerita-cerita dimasyarakat tentang keberadaan beberapa satwa endemik khas pegunungan, salah satu diantaranya adalah binatang yang melegenda dimasyarakat. Masyarakat sering menyebutnya “ macan sagar “, sepintas penulis mencoba membayangkan, bagaimana sosok, bentuk dan tampilan satwa ini ?, jika mendengar kalimat “macan” maka yang ada dibenak penulis adalah binatang buas, memiliki taring, dan termasuk spesies dari keluarga kucing besar, seperti harimau, singa, macan kumbang, jaguar, yang biasanya kita lihat di televisi maupun di kebun-kebun binatang.
Sagar sendiri adalah sebutan untuk bilah lidi yang menancap di ijuk pohon aren, kebiasaan ijuk ini adalah rambut menempel di batang yang dihasilkan pohon aren, kebiasaan digunakan untuk bahan kerajinan pembuatan sapu ijuk, oleh karena hewan ini hidupnya diatas ponon aren yang banyak ijuk dan lidinya, maka penamaannya menjadi “macan sagar”.
Penulis mencoba mencari informasi terkait keberadan macan sagar ini, bagaimana bentuknya?, kemudian dimana sering ditemukan?, dan apakah membahayakan bagi manusia?. Alhasil penulis mendapati beberapi orang saksi yang pernah bertemu langsung dengan sosok binatang langka ini, pertama adalah cerita dari salah seorang warga yang sedang menyadap pohon aren, sebut saja atuk “nama panggilan”, beliau bercerita pernah bertemu dengan sosok makhluk binatang ini, dari gambaran yang dipaparkan, beliau mengaku berhadapan langsung dengan binatang ini ketika sedang berada di atas pohon aren “hanaw”, sosoknya hitam gelap, muka sangar, dan memiliki bulu hitam yang tebal, ketika itu beliau terkejut luar biasa dengan kehadiran “macan sagar” ini, saking ketakutannya, beliau langsung turun dengan tergesak-gesak meninggalkan pohon aren tersebut, dalam keadaan kalut beliau pulang menuju rumah untuk mengambil senapan angin. Setelah mengambil senapan angin tersebut beliau kembali menuju pohon aren yang dinaiki tadi, sambil memperhatikan apakah binatang yang dianggap buas ini masih ada, setelah diteliti, ternyata binatang ini masih berada diatas pohon aren tersebut, dengan berbekal senapan angin dan beberapa butir peluru, beliau mencoba mengarahkan tembakan senapan angin tersebut kearah tubuh “macan sagar” tadi, namun hal yang diluar dugaan ketika ditembak bukannya binatang tersebut luka, namun binatang tersebut tetap tenang, bahkan hanya mengibaskan bulunya dari tajamnya peluru senapan angin tersebut.
Kejadian nyata lain juga dialami oleh salah satu warga, sebut saja iruh, beliau bercerita ketika itu sholat mangrib dimulai, entah kenapa pintu rumah terlupa ditutup, kebetulan pada waktu itu suami beliau tidak berada dirumah, kebiasaan masyarakat di Padang Batung, untuk laki-lakinya menunaikan shalat berjemaah di masjid, atau langgar, dan untuk perempuan sholat dirumah, ada juga beberapa yang sholat di masjid atau langgar, ketika itu waktu sholat magrib telah ditunaikan kemudian seperti biasa disela-sela waktu antara sholat magrib dan isya diisi amaliah-amaliah sunnah. Pada waktu itu terdengar suara kucing yang meraung ketakutan, kemudian lari terbirit-birit menuju rumah untuk besembunyi, karena terganggu oleh raungan kucing yang lari menuju rumah, pemilik rumah langsung menoleh dan bermaksud mengusir kucing tersebut dari rumah, namun alangkah terkejutnya beliau ketika melihat di atas lemari hiasan ruang tamu sudah duduk dengan santainya sesosok binatang cukup besar, ketika ditanya seberapa besar ?, beliau mengatakan sebesar kucing anggora atau lebih, badannya hitam gelap, ekornya sangat panjang, saking panjangnya dari atas lemari berukuran tinggi 50 cm itu, ekor tersebut menyentuh bagian lantai yang terbuat dari kayu papan, mukanya menyeramkan, dikira beliau pada waktu itu “hantu”. Setelah itu beliau diam sejenak karena ketakutan, beliau sadar bahwa ini adalah “macan sagar” yang sering diceritakan oleh orang-orang tua zaman dahulu, setelah beberapa saat, karena merasa kucing yang menjadi buruannya tidak ditemukan, macan sagar tersebut dengan sendirinya keluar meninggalkan rumah.
Ada pengalaman lain juga dari salah seorang warga di Desa Padang Batung, sebut saja isup, beliau menceritakan pernah bertemu macan sagar ini, tepatnya dibelakang rumah beliau, beliau pada waktu itu bercerita, ketika sedang beraktivitas rutin membersihkan halaman belakang rumah beliau. Halaman pekarangan beliau memang kebetulan berada di bawah pepohonan rindang, masih banyak terdapat pohon-pohon besar yang berdiri dengan kokohnya, waktu itu terjadi pada sore menjelang magrib, ketika asik-asiknya menyapu mengumpulkan dedaunan yang jatuh, saking asiknya tidak sempat memperhatikan kondisi sekitar, sebagaimana kebiasaan orang yang lagi asyik menyapu, pandangan beliau hanya tertuju kebawah, sangat fokus dengan aktivitas beliau, dalam keasyikan itulah muncul seekor binatang tanpa disadari duduk santai tepat berhadapan dengan posisi beliau. Beliau juga menggambarkan sosok binatang tersebut hitam, berekor panjang, dan cukup menyeramkan, namun seolah tidak melihat keberadaan beliau yang sedang menyapu, beliau mengira bahwa binatang ini rabun ayam atau “rabun senja” seperti ayam, namun ketakutan beliau tetaplah menjadi-jadi karena beliau sadar bahwa yang berada dihadapan beliau adalah macan sagar yang sering diceritakan orang tua jaman dahulu.
Dari beberapa cerita tersebut penulis mencoba menggali lagi informasi tentang “macan sagar” ini, dari informasi beberapa tetuha masyarakat di Desa Padang Batung mengatakan bahwa jenis binatang ini sebenarnya jenis keluarga musang (Binturong), namun memiliki bulu yang tebal dan agak keras, makanan yang disukainya adalah binatang hidup seperti ayam dan sejenisnya, tak heran banyak ayam warga yang kadang-kadang hilang bahkan mati tanpa diketahui, terkait asumsi masyarakat tentang buasnya hewan ini masih dan image tentang kesangaran binatang ini masih belum dapat dibuktikan, sebab sampai saat ini belum ada manusia yang terluka bahkan dibahayakan oleh binatang ini ?.
Yang pasti binatang ini adalah binatang langka yang keberadaannya sudah mulai sulit untuk ditemukan. (MAF).